Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat kinerja ekspor produk perikanan Indonesia ke Rusia tahun 2023 hanya mencapai US$ 25,38 juta. Angka itu turun 5,1% dibandingkan setahun sebelumnya.
Dengan komoditas ekspor yang mendominasi adalah udang, senilai US$ 11,53 juta atau menyumbang 45% dari total ekspor produk perikanan RI ke Rusia. Diikuti oleh rumput laut senilai US$ 5,87 juta atau menyumbang 23,1% dari total ekspor ke Rusia. Kemudian, ekspor hati telur ikan sebesar US$ 5,25 juta atau menyumbang sekitar 20,7% dari total ekspor ke Rusia.
Diikuti oleh rumput laut senilai US$ 5,87 juta atau menyumbang 23,1% dari total ekspor ke Rusia. Kemudian, ekspor hati telur ikan sebesar US$ 5,25 juta atau menyumbang sekitar 20,7% dari total ekspor ke Rusia.
Disebutkan, pangsa pasar produk perikanan Indonesia ke Rusia baru mencapai 1,5%. Angka itu jauh di bawah Chile, yang mampu menguasai pangsa pasar di Rusia sebesar 22,5%
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Budi Sulistyo mengakui, Indonesia masih perlu meningkatkan ekspornya ke Negeri Beruang Merah tersebut.
“Kalau kita lihat dari neraca perdagangan, ekspor produk perikanan Indonesia ke Rusia tahun 2022-2023 kondisinya masih defisit. (Karenanya) kita bersama-sama harus mendorong peningkatan ekspor ke Rusia,” kata Budi dalam Konferensi Pers di Kantor KKP, Jakarta Pusat, Selasa (24/9/2024).
“Supplier utama Rusia itu Chile dengan pangsa sebesar 22,5%. Sedangkan Indonesia perlu diupayakan untuk meningkatkan ekspor kesana,” ujarnya.
Sementara itu, Budi menyampaikan, kontribusi impor produk perikanan Rusia tahun 2023 ialah sebesar US$ 1,73 miliar atau setara dengan 0,9% dari total impor perikanan dunia. Adapun impor produk perikanan Rusia tahun lalu didominasi dengan komoditas ikan trout, dan salmon dengan proporsi 39,4%, diikuti udang sebesar 20,2% dan rumput laut sebesar 8,6%.
Penyebab Turunnya Ekspor RI ke Rusia
Adapun alasan menurunnya ekspor produk perikanan RI ke Rusia, kata Budi, karena perang yang masih berlangsung, antara Ukraina-Rusia. Akibatnya, ada jalur-jalur pengangkutan barang yang ditutup, sehingga distribusi produk perikanan Indonesia untuk bisa masuk ke Rusia menjadi terkendala.
“Kita bersama-sama mendorong peningkatan ekspor ke Rusia. Pastinya ada tantangan. Situasi di sana kan sedang berkembang ya, adanya peperangan, kemudian jalur pengangkutan juga ada beberapa kendala di sana. Mungkin ini menjadi salah satu penyebab ekspor itu mengalami satu kontraksi ke bawah,” jelasnya.
Untuk itu, KKP berencana meningkatkan kerja sama melalui Nota Kesepahaman (MoU) dengan Rusia di bidang perikanan. “Kami akan fokus pada pengiriman produk-produk yang dibutuhkan pasar Rusia, seperti udang dan tuna, serta memperkuat jaringan distribusi agar bisa bersaing dengan negara lain,” lanjut dia.
Ke depan, KKP juga akan mengirimkan sampel produk perikanan untuk memenuhi permintaan Rusia, terutama di musim dingin yang akan datang. Di mana pada musim dingin, kata Budi, Rusia akan lebih membutuhkan banyak asupan protein untuk menghangatkan suhu tubuhnya.
“Ini jadi kesempatan kita sekarang untuk segera mengirimkan sampel. Kami akan mengirimkan sampel yang diminta, semoga dari sampel ini menjadi satu penguatan, ternyata produk indonesia bisa masuk dan diterima di sana,” ucap Budi.
“Udang pun yang mereka minta adalah ukuran kecil, 1 kg 100 ekor. Itu kebutuhan untuk cocktail. Jadi ini menjadi satu kesempatan kita semua, bahwa yang dikirim itu adalah headless (tanpa kepala), tailless (tanpa ekor), dan beku,” sambungnya.
Dengan strategi yang tepat dan kerja sama yang baik, Budi berharap defisit neraca perdagangan perikanan dapat diatasi, dan produk perikanan Indonesia bisa lebih diterima di pasar Rusia.